Donderdag 25 April 2013

SINTAKSIS DASAR

SINTAKSIS DASAR
Pendahuluan

Untuk mempelajari materi pokok ini, perlu diketahui bahwa morfologi bersama-sama sintaksis merupakan bagian-bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa. Jika dalam morfologi yang dikaji adalah struktur internal kata, maka dalam sintaksis yang dikaji adalah struktur kalimat. Dalam sintaksis, kata menjadi satuan terkecil yang membentuk satuan-santuan gramatikal yang lebih besar. Dalam prakteknya pada umumnya sintaksis membatasi kajiannya sampai dengan kalimat, maksudnya menganggap atau memperlakukan kalimat sebagai satuan terbesar. Namun, perlu disadari bahwa dalam pertuturan, kalimat bukanlah satuan yang terbesar. Kalimat menjadi bagian dari satuan yang lebih besar, yaitu wacana.
Setelah mempelajari dasar-dasar sintaksis ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan berbagai konsep sintaksis yang mencakup alat sintaksis, satuan sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran sintaksis. Oleh karena itu, topik-topik pembicaraan dalam materi pokok ini adalah alat sintaksis, satuan sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran sintaksis.
2. Pembahasan
2.1. Alat Sintaksis
Jika diamati secara cermat, maka dapat diketahui bahwa dalam ujaran seseorang terdapat seperangkat aturan yang mengatur deretan kata-kata yang membentuk kalimat itu. Perangkat kaidah ini disebut alat sintaksis. Alat sintaksis ini merupakan bagian dari kemampuan mental penutur untuk dapat menentukan apakah urutan kata, bentuk kata, dan unsur lain yang terdapat dalam ujaran itu membentuk kalimat atau tidak, atau kalimat yang didengar atau dibacanya berterima atau tidak.
Ada sejumlah alat sintaksis yang mengatur unsur-unsur bahasa sehingga terbentuk satuan bahasa yang disebut kalimat. Alat-alat sintaksis itu adalah urutan, bentuk kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas.
Urutan
Dalam bahasa pada umumnya peranan urutan sangat penting karena ikut menentukan makna gramatikal. Agar lebih jelas, perhatikanlah contoh kontras-kontras berikut dalam bahasa Indonesia.
air jernih dan jernih air *)
lompat jauh dan jauh lompat *)
anak kecil dan kecil anak*)
adik minum susu dan susu minum adik *)
Bentuk-bentuk yang diberi tanda diakronik *) adalah bentuk-bentuk yang tidak berterima. Hal itu dapat dipahami karena konstruksi seperti itu tidak berterima oleh penutur bahasa Indonesia. Hal itu juga menunjukkan betapa pentingnya urutan dalam kalimat. Untuk setiap bahasa derajat pentingnya peranan urutan tidak sama. Bahasa-bahasa yang lebih banyak mengandalkan bentuk, pada umumnya kurang mementingkan peran urutan. Dalam bahasa Latin, misalnya, urutan atau posisi kata di mana pun dalam kalimat, makna kalimat itu berubah.
Contoh :
Mario vidit Santana (Mario melihat Santana).
Mario Santana vidit.
Santana vidit Mario.
Santana Mario vidit.
Bentuk Kata
Bentuk kata sebagai alat sintaksis biasanya diperlihatkan oleh afiks (imbuhan). Afiks-afiks itu memperlihatkan makna gramatikal yang beragam. Makna gramatikal itu, antara lain jumlah, orang, jenis, kala, aspek, modus, pasif, diatesis, dan sebagainya. Perhatikanlah pasangan berikut ini
Susu minum adik *)
Susu diminum adik.
Konstruksi Susu minum adik *) menunjukkan konstruksi yang tidak gramatikal, atau tidak berterima oleh penutur bahasa Indonesia. Adanya kata (bentuk) minum menyebabkan konstruksi itu tidak berterima. Baru setelah bentuk minum dibubuhi prefiks di- menjadi diminum, konstruksi tadi menjadi konstruksi yang berterima. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk kata secara nyata menentukan apakah konstruksi tersebut berwujud kalimat atau tidak. Di dalam bahasa-bahasa tertentu, pertalian bentuk menunjukkan hubungan sintaksis, misalnya persesuaian (concord). Dalam bahasa Inggris, pertalian bentuk (persesuaian) diperlihatkan oleh penggunaan demonstratif this yang menunjukkan bentuk kata-kata benda tunggal (singular nouns) dan these menunjukkan benda jamak (plural nouns).
Intonasi
Dalam tulisan, intonasi ini secara kurang sempurna dinyatakan oleh pemakaian huruf dan tanda-tanda baca. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, batas anatara subjek dan predikat ditunjukkan oleh intonasi. Di samping itu intonasi dipakai juga untuk menjelaskan amanat yang hendak disampaikan. Hal ini biasanya meniadakan salah mengerti yang disebabkan adanya tafsir ganda.
Laki-laki / dan perempuan muda (orang muda perempuan) atau laki-laki dan perempuan/muda (yang muda kedua-duanya). Dengan intonasi orang sering pula dapat membedakan jenis kalimat mana deklaratif, interogatif, imperatif atau eksklamasi.
Partikel atau Kata Tugas
Partikel atau kata tugas sebagai salah satu alat sintaksis mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kategori kata yang lain. Ciri-ciri itu, antara lain (1) jumlahnya terbatas, (2) keanggotaannya boleh dikatakan tertutup, (3) kebanyakan istilah mengalami proses morfologis, (4) biasanya memiliki makna gramatikal dan bukan leksikal, dan (5) terdapat dalam semua wacana. Jika ada konstruksi :
Dia ... Medan.
maka isian konstruksi itu yang paling berterima adalah dari, ke, dan di, sehingga konstruksi selengkapnya adalah sebagai berikut.
Dia dari Medan.
Dia ke Medan.
Dia di Medan.
2.2. Satuan Sintaksis
Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hirarkis menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Sebagai satuan morfologi kata merupakan satuan terbesar. Sedangkan di sini, kata hanya dibicarakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-tama harus dibedakan terlebih dahulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (full word) dan kata tugas (function word). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sebagai sebuah satuan tuturan. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat berdiri sendiri.
Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ajektiva, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi. Sebagai kata penuh, kata-kata yang berkategori nomina, verba, dan ajektiva memiliki makna leksikal masing-masing, misalnya kata kucing dan mesjid, yang memiliki makna ’sejenis binatang buas’ dan ’tempat ibadah orang Islam. Bandingkan dengan kata dan dan meskipun yang memang tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis; dan untuk menggabungkan menambah dua buah konstituen; dan meskipun untuk menggabungkan menyatakan penegas. Sebagai kata penuh kata-kata yang berkategori nomina, verba, dan ajektiva dapat mengalami proses morfologi, seperti kata kucing yang dapat diberi prefiks ber- disertai perulangan, dan diberi sufiks – an sehingga menjadi berkucing-kucingan. Bandingkan dengan kata-kata yang tidak bisa menjadi berdan *) atau mendankan *). Dalam bahasa Inggris preposisi seperti for dan in, juga tidak mengalami proses morfologi, tidak seperti nomina book dan verba write yang dapat menjadi books (proses penambahan sufiks jamak –s) dan writes atau wrote (perubahan untuk persona ketiga dan untuk kata lampau). Dalam bahasa Arab kategori yang disebut harfun seperti inna, low, dan min juga tidak mengalami proses morfologi. Berbeda dengan kategori yang disebut ismun dan fi’lun yang dapat mengalami proses morfologi, seperti dari nomina muslimun yang dapat muslima; dan muslimu ; na ; dan dari akar verba +k – t – b yang antara lain dapat menjadi katab, yaktubu, dan maktab.
Sudah dijelaskan bahwa kata adalah satuan gramatikal yang bebas dan terkecil. Dengan terkecil maksudnya tidak dapat disegmentasikan lagi menjadi yang lebih kecil tanpa merusak makna; dan dengan bebas berarti satuan yang disebut kata itu dapat berdiri di dalam kalimat atau pertuturan. Namun di sini perlu dicatat adanya derajat kebebasan di antara satuan yang disebut kata itu. Kata-kata yang termasuk kata penuh memang mempunyai kebebasan yang mutlak, atau hampir mutlak, sehingga dapat menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan yang termasuk kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas. Sesuai dengan namanya, yaitu kata tugas, dia selalu terikat dengan kata yang ada di belakangnya (untuk preposisi), atau yang berada di depannya (untuk posposisi), dan dengan kata-kata yang dirangkaikannya (untuk konjungsi). Kecuali, barangkali, kalau preposisi atau konjungsi itu menjadi topik pembicaraan, tentu akan tampak bebas Perhatikan kedua kalimat berikut.
Pak Gito menerangkan penulisan awalan di- dan kata depan di.
Bu Titin membahas penggunaan preposisi in, on, dan at dalam bahasa Inggris.
Tetapi di sini juga, yang dijelaskan Pak Gito bukan di itu, melainkan kata depan di dan awalan di-, dan yang dibahas Bu Titin juga bukan in, on, dan at itu, melainkan preposisi in, on, dan at.
Dari pembicaraan beda antara kata penuh dengan kata tugas di atas tampak bahwa hanya yang disebut kata penuh sajalah yang dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis. Misalnya kata ayah yang mengisi fungsi subjek, kata membaca yang mengisi fungsi predikat, kata majalah yang mengisi fungsi objek, sedangkan preposisi di bersama kata beranda depan membentuk frase eksosentrik di beranda depan hanya merupakan anggota dari pengisi fungsi keterangan. Perhatikanlah bagan berikut.
S
P
O
K
Ayah
membaca
majalah
di beranda depan
Keterikatan preeposisi di dengan frase beranda depan dalam frase di beranda depan itu sangat erat, sehingga tidak mungkin dilepaskan. Oleh karena itu, kata-kata yang termasuk kata penuh karena dapat bersendiri mengisi salah satu fungsi sintaktik dapat pula berdiri sendiri sebagai kalimat jawaban atau kalimat perintah, atau kalimat minor lainnya.
Contoh :
Ayah. (sebagai kalimat jawaban atas pertanyaan : siapa yang membaca majalah di beranda depan ?)
Majalah. (sebagai kalimat jawaban atas pertanyaan : Apa yang dibaca di beranda depan ?)
Pinggir ! (sebagai kalimat perintah dari seorang penumpang bus umum kepada supir).
Untuk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ujaran yang berupa satuan sintaksis dapat disegmentasikan dengan mudah atas kata-kata yang menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksisnya. Namun, dalam beberapa bahasa tertentu, misalnya bahasa Swahili (di Afrika Timur), mungkin sulit untuk memberi perlakuan terhadap bahasa itu seperti yang diperlakukan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, karena konstituen-konstituen segmentalnya terikat erat sebagai suatu kata, meskipun masih dapat dianalisis. Perhatikanlah dan carilah mana konstituen segmental yang menyatakan kata ganti pelaku, verba, aspek, dan kata ganti sasaran dari data bahasa Swahili berikut. Perhatikan juga maknanya !
wamempiga ’mereka telah memukulnya’
nimempiga ’saya telah memukulnya’
umempiga ’kamu telah memukulnya’
amempiga ’ia telah memukulnya’
atakupiga ’ia akan memukulmu’
amekupiga ’ia telah memukulmu’
nitakupiga ’saya akan memukulnya’
ata kulipa ’ia akan membayarmu’
Meskipun dapat dianalisis dengan cara membanding-bandingkan unsur-unsurnya, tetapi dapatkah, misalnya, a yang menyatakan ia dan ni yang menyatakan saya disebut sebagai sebuah kata penuh ? Karena tampaknya unsur tersebut harus dilekatkan pada unsur-unsur lainnya. Jadi, dengan melihat data bahasa Swahili di atas perlu dipertimbangkan kembali secara kritis.
Frase Sebagai Satuan Sintaksis
Frase adalah suatu konstruksi atau satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan tidak berciri klausa ialah bahwa konstruksi frase itu tidak memiliki unsur predikat, sehingga sering dikatakan tidak berstruktur predikatif. Unsur-unsur yang membentuk frase adalah morfem bebas dan bukan morfem terikat. Perhatikanlah pasangan contoh yang di bawah ini.
sudah pulang antar bangsa*)
kulit kayu amoral *)
Konstruksi antarbangsa dan amoral bukan frase karena unsur pembentuknya bukan morfem bebas melainkan morfem terikat, yaitu antar bangsa dan a moral, antar dan a adalah morfem terikat, bukan morfem bebas.
Sama halnya dengan kata, frase dapat berdiri sendiri dan jika dipindahkan letaknya dalam kalimat, secara lengkap tidak dapat dipisahkan sendirian. Misalnya pada ujaran pemimpin antarbangsa. Kata bangsa tidak dipisahkan dari antar. Sebagaimana halnya kata, frase juga berperan mengisi fungsi sintaksis, baik sebagai subjek, predikat, objek, maupun keterangan contoh :
Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Unimed mengadakan pameran lukisan.

S P O
(Dalam hal ini, mahasiswa Jurusan Seni Rupa Unimed dan pameran lukisan masing-masing adalah frase yang mengisi fungsi subjek dan objek).
Selanjutnya, perlu pula diketahui bahwa pada umumnya frase dapat diperluas. Perhatikanlah contoh yang di bawah ini.
Ia datang kemarin.
Ia sudah datang kemarin petang.
Ia pasti sudah datang kemarin petang itu.
Kata pasti merupakan perluasan dari frase sudah datang dan kata itu merupakan perluasan dari frase kemarin petang.
Klausa Sebagai Satuan Sintaksis
Klausa adalah satuan gramatikal yang disusun oleh kata dan atau frase ; dan mempunyai satu predikat. Atau dapat dikatakan frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur subjek dan predikat. Subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal, yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara. Yang dimaksud dengan predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Predikat dapat berwujud nomina, verba, ajektiva, numeralia, pronomina, atau frase preposisional.
Contoh :
Tanaman itu subur
Pembicara membicarakan tanaman itu, itulah subjek klausa. Lalu mengenai tanaman itu yang menyebabkannya subur, bagian ini disebut predikat. Oleh karena klausa sebagai satuan sintaksis, maka pada umumnya klausa menjadi konstituen (unsur pembentuk) kalimat. Namun, klausa dapat menjadi kalimat kalau kepadanya dikenakan intonasi final, yang dalam bahasa tulis biasanya diakhiri dengan tanda titik. Klausa dapat juga menjadi bagian dari sebuah kalimat. Perhatikanlah contoh yang di bawah ini.
Saya lihat bahwa Pak Barus sedang membuat skenario drama.
Pada kalimat ini Pak Barus sedang membuat skenario drama adalah sebuah klausa, yang merupakan bagian dari kalimat tersebut. Klausa dapat diperluas dengan menambahkan keterangan waktu, tempat, cara, dengan menambahkan keterangan. Keterangan itu tidak merupakan unsur inti klausa. Dalam klausa ibu membeli roti di warung unsur inti klausa itu adalah ibu (subjek) dan membeli (predikat), sedangkan roti (objek) dan di warung (keterangan) bukan merupakan unsur inti klausa.
Kalimat Sebagai Satuan Sintaksis
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Dalam ragam tulis kalimat itu sebagian besar ditandai oleh huruf kapital di awalnya dan oleh tanda akhir seperti tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Contoh :
(1) Kopi ini / masih panas
2 3 3 / 2 3 1 #
(2) Orang itu / sedang minum apa ?
2 3 3 / 2 3 1 #
Perlu dicatat bahwa intonasi final yang menandai kalimat itu adalah memberi ciri kalimat deklaratif dan kalimat interogatif (untuk kalimat (1) dan (2) ).
Kalimat dapat digolongkan atas kalimat inti dan bukan inti, kalimat tunggal dan kalimat majemuk, kalimat verbal dan kalimat non – verbal, dan kalimat bebas dan kalimat terikat.
Kalimat inti yang biasa disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti, yang lengkap, deklaratif, aktif, netral, dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia terdapat kalimat inti dengan pola :
(1) FN + FV : Adik datang
(2) FN + FV + FN : Adik membeli buku
(3) FN + FV + FN + FN : Adik membeli Siti buku
(4) FN + FN : Adik pelajar
(5) FN + FA : Adik gemuk
(6) FN + Fnum : Ayamnya sepuluh ekor
(7) FN + FP : Pulpennya di lanci.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa, misalnya Adikku sedang belajar. Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu klausa, seperti Mereka bernyanyi dan menari sepanjang hari.
Kalimat mayor adalah kalimat yang klausanya lengkap, misalnya Adik membaca cerpen. Sedangkan kalimat minor adalah kalimat yang unsur klausanya tidak lengkap, misalnya Sedang mandi.
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya verba atau kata kerja, seperti Dede menendang bola, dan kalimat non–verbal adalah kalimat yang predikatnya selain kata kerja, misalnya Togar mahasiswa Unimed.
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, tanpa bantuan kalimat lain dalam paragraf atau wacana. Sebaliknya kalimat terikat adalah kalimat yang dalam paragraf atau wacana terikat oleh kalimat yang lain, atau kalimat yang terikat oleh konteks.
2.3. Fungsi Sintaksis
Posisi – posisi satuan sintaksis yang juga disebut gatra, merujuk kepada fungsi gramatikal. Fungsi gramatikal menjadi wadah bagi setiap satuan sintaksis, serta bagi makna situasional satuan sintaksis itu.
Secara umum terdapat empat fungsi sintaksis yaitu S (Subjek), P (Predikat), O (Objek), dan K (Keterangan).
Contoh :
S P O K
Kakak / membeli / buku / di toko buku
Secara lengkap menggambarkan fungsi-fungsi sintaksis, seperti dalam diagram berikut ini, yaitu kalimat dibagi atas subjek dan predikat. Predikat dibagi atas objek dan keterangan. Keterangan dibagi atas keterangan waktu, keterangan tempat, dan seterusnya.
Subjek
Predikat
Predikat verbal
Objek
Keterangan
Ket.
tempat
Ket.
waktu
Ket.
dst.
Selain itu, kalimat dapat juga dibagi atas subjek, predikat, dan keterangan. Lalu keterangan dibagi lagi atas objek dan keterangan tempat, waktu, dan seterusnya. Diagramnya adalah sebagai berikut.
Subjek
Predikat
Keterangan
Objek
Ket.
tempat
Ket.
waktu
dst.
2.4. Peran Sintaksis
Dalam pembentukan suatu konstruksi, misalnya kalimat, setiap unsur memiliki andil dalam membentuk makna secara keseluruhan. Dengan kata lain, konstituen itu memiliki peran gramatikal masing-masing. Macam peran itu banyak. Beberapa di antaranya adalah pelaku (agentif), tujuan (objektif), penerima (benetaktif), penyebab (kausatif), alat (instrumental), waktu (temporal), tempat (lokatif), tindakan (aktif), sandangan (pasif), dan pemilikan (posesif). Berikut ini disajikan beberapa contoh peran.
Ayah mencari ibu
(pelaku) (tindakan) (tujuan)
Ibu dicari ayah
(tujuan) (sandangan) (pelaku)
Ayah membelikan ibu sarung
(pelaku) (tindakan) (penerima) (tujuan)
3. Penutup
Dari keseluruhan uraian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1) Alat sintaksis adalah seperangkat kaidah dalam ujaran, yang mengatur deretan kata-kata yang membentuk kalimat. Alat-alat sintaksis itu adalah urutan, bentuk kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas.
(2) Satuan sintaksis adalah kata, frase, klausa, dan kalimat. Dalam hal ini, kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis, yang berfungsi sebagai unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, kalusa, dan kalimat.
(3) Ada empat fungsi sintaksis, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
(4) Peran sintaksis adalah peran gramatikal setiap konstituen konstruksi sintaksis. Beberapa di antaranya adalah pelaku (agentif), tujuan (objektif), penerima (benetaktif), penyebab (kausatif), alat (instrumental), waktu (temporal), tempat (lokatif), tindakan (aktif), sandangan (pasif), dan pemilikan (posesif).
EVALUASI
1. Tes
Petunjuk : Berilah tanda kali (X) pada huruf yang terdapat di depan jawaban yang paling tepat menurut pendapat Anda untuk setiap soal yang di bawah ini.
1. Yang dimaksud dengan alat sintaksis ialah . . .
A. Seperangkat kaidah dalam ujaran, yang mengatur deretan kata-kata yang membentuk frase.
B. Bagian dari kemampuan mental penutur untuk dapat menentukan apakah urutan kata dalam ujaran termasuk klausa atau tidak.
C. Seperangkat kaidah dalam ujaran, yang mengatur deretan kata-kata yang membentuk kalimat.
D. Bagian dari kemampuan mental penutur untuk dapat menentukan apakah urutan bentuk kata termasuk frase atau tidak.
2. Dalam bahasa pada umumnya peranan urutan sangat penting karena ikut menentukan . . .
A. makna gramatikal
B. makna leksikal
C. makna konseptual
D. makna referensial
3. Dalam bahasa Inggris afiks yang menunjukkan makna gramatikal orang adalah . . .
A. –or
B. – ing
C. – is
D. – ist
4. Konstruksi sintaksis yang berterima dalam bahasa Indonesia terdapat pada kalimat . . .
A. Saya mimpi tadi malam
B. Dia bangun pukul 05.00
C. Ibunya jualan di pasar
D. Mereka titip barang itu di rumah saya
5. Kalimat yang intonasinya untuk menjelaskan amanat bahwa yang mati adalah kucing, yaitu . . .
A. Kucing / makan tikus mati di dapur
B. Kucing makan / tikus mati di dapur
C. Kucing makan tikus / mati di dapur
D. Kucing makan tikus mati / di dapur
6. Yang bukan menjadi ciri partikel atau kata tugas sebagai salah satu alat sintaksis adalah . . .
A. jumlahnya terbatas
B. keanggotannya tertutup
C. memiliki makna leksikal
D. memiliki makna gramatikal
7. Saya sudah tahu . . . Pak Hasan tidak menyetujui keputusan itu. Isian konstruksi itu yang paling berterima adalah . . .
A. kalau
B. bahwa
C. jika
D. karena
8. Salah satu ciri kata penuh pengisi satuan sintaksis adalah . . .
A. berkategori preposisi dan konjungsi
B. dapat mengalami proses morfologi
C. secara leksikal tidak bermakna
D. tergolong ke dalam kelas tertutup
9. Dengan kata tugas ketika atau sewaktu konstruksi – konstruksi yang di bawah ini dapat menjadi kalimat yang berterima, kecuali . . .
A. . . . sakit, Bu Wina sudah beberapa hari tidak mengikuti perkuliahan.
B. Gadis itu sedang termenung . . . Ali menghampirinya dengan perlahan – lahan.
C. . . . saya sedang merancang sebuah RPP, Pak Tarigan datang ke rumah saya.
D. Pak Sarimo mampir ke rumah kami . . . hujan mulai turun.
10. Kata – kata yang tidak dapat mengisi fungsi – fungsi sintaksis adalah kata – kata yang tergolong ke dalam . . .
A. Kata tugas
B. Kata benda
C. Kata kerja
D. Kata sifat
11. Semua satuan bahasa yang di bawah ini dapat berperan sebagai satuan sintaksis, kecuali . . .
A. cantik sekali, sangat besar, amat sukar, kurang baik
B. sedang mengajar, sudah berlalu, belum berbuah, tengah bekerja
C. rumah kecil, tenda biru, gunung tinggi, kantor gubernur
D. antar kota, ekstrakurikuler, prasejarah, intrakurikuler
12. Satuan – satuan sintaksis yang di bawah ini tergolong ke dalam klausa, kecuali . .
A. setelah Indonesia merdeka
B. orang – orang Cina pindah ke kota
C. sesudah membaca buku
D. mesjid raya kota Medan
13. Semua hal yang dinyatakan berikut ini adalah ciri – ciri klausa, kecuali . . .
A. tersusun hanya dengan frase
B. dapat menjadi bagian sebuah kalimat
C. mempunyai satu predikat
D. dapat diperluas dengan menambahkan keterangan
14. Berikut ini adalah ciri-ciri kalimat sebagai satuan sintaksis, kecuali . . .
A. mempunyai pola intonasi final
B. terdiri dari klausa
C. tidak dapat berdiri sendiri
D. secara tertulis diawali huruf kapital
15. Kalimat inti yang berpola FN + FV + FN adalah . . .
A. Kami pergi ke kampus
B. Kakak membaca buku
C. Bonekanya di lantai
D. Kudanya dua ekor
16. Kalimat yang klausanya lengkap, disebut . . .
A. Kalimat verbal
B. Kalimat non verbal
C. Kalimat minor
D. Kalimat mayor
17. Ditinjau dari fungsi sintaksis, yang berpola O – P – S adalah kalimat . . .
A. Rumah itu sudah dijual pemiliknya
B. Engkau harus membantu mereka
C. Pesawat sudah mendarat di Bandara Polonia
D. Sudah saya baca surat keputusannya
18. Ditinjau dari fungsi sintaksis, kalimat Laporan pelaksanaan pelatihan itu sudah kami buat, berpola . . .
A. S – O – P
B. S – P – O
C. O – P – S
D. K – S – P
19. Kalimat yang konstituen – konstituennya memiliki peran agentif, tindakan, lokatif, dan kausatif adalah . . .
A. Ali membelah kayu itu dengan kampak
B. Dia tidak bekerja karena sakit
C. Karena hujan, ayah mampir ke rumah Pak Ali
D. Oleh sebab itu, dia tidak menghadiri rapat itu
20. Konstituen – konstituen kalimat Ibu mengiris bawang dengan pisau memiliki peran gramatikal sebagai berikut.
A. agentif, tindakan, sandangan, dan instrumental
B. agentif, tindakan, objektif, dan instrumental
C. agentif, sandangan, objektif, dan instrumental
D. agentif, sandangan, benetaktif, dan instrumental
2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang ada pada bagian akhir evaluasi ini, dan hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus yang di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi pembelajaran.
Tingkat penguasaan = x 100 %
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut.
90 % - 100 % = sangat baik
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
60 % - 69 % = kurang
< style=""> = sangat kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 90 % atau lebih, maka Anda telah lulus dalam materi pembelajaran ini. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 90%, Anda harus mempelajari kembali materi pembelajaran ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
3. Kunci Jawaban
1. C 11. D
2. A 12. D
3. D 13. A
4. B 14. C
5. C 15. B
6. C 16. D
7. B 17. D
8. B 18. A
9. A 19. C
10. A 20. B
REFERENSI
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Atkinson, M. dkk. (1988). Foundation of General Linguistics. London : Unwin Hyman
Bolinger, D.L. (1975). Aspects of Language. New York : Harcourt, Brace & World Inc.
Ramlan, M. (1983). Ilmu Bahasa : Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono
Tarigan, H.G. (1985). Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis, Bandung : Angkasa

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking